PALEMBANG – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Apriyadi, berhasil meraih gelar doktor di bidang Administrasi Publik setelah lulus ujian akhir disertasi di Universitas Sriwijaya (Unsri) pada Kamis (23/1/2024). Dalam kesempatan tersebut, Apriyadi mengungkapkan sebuah model baru yang ia tawarkan untuk mengatasi kemiskinan di Kabupaten Muba—sebuah terobosan yang mengedepankan tata kelola data sebagai kunci utama keberhasilan kebijakan sosial.
Dalam disertasinya, Apriyadi memperkenalkan model konseptual dan model intervensi yang memfokuskan pada pentingnya data yang terkelola dengan baik dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan. Menurutnya, tata kelola data yang buruk sering menjadi hambatan utama dalam efektivitas kebijakan sosial, sehingga dibutuhkan pendekatan baru yang lebih terstruktur dan akurat dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data.
“Data yang akurat dan terkini sangat penting dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dibenahi adalah tata kelola data itu sendiri,” ujar Apriyadi setelah menyelesaikan ujian disertasinya.
Ia menjelaskan bahwa dalam konteks pengentasan kemiskinan di Kabupaten Muba, masalah yang sering muncul adalah ketidakakuratan dan ketidakterpaduan data yang digunakan oleh pemerintah dalam merancang kebijakan sosial. Dengan menawarkan model baru ini, Apriyadi berharap dapat menciptakan sistem yang lebih transparan dan efisien dalam pengelolaan data kemiskinan, yang pada gilirannya akan membantu pemangku kebijakan merumuskan strategi yang lebih tepat sasaran.
Di sisi lain, keberhasilan Apriyadi dalam ujian disertasi ini juga menandai pencapaian akademis yang membanggakan, di mana ia dibimbing oleh tim promotor dan pembahas yang terdiri dari para ahli di bidang Administrasi Publik. Tim pembahas yang dipimpin oleh Prof. Dr. Alfitri M.Si dan Co-Promotor Prof. Dr. Sriati M.Si memberikan apresiasi terhadap inovasi yang ditawarkan oleh Apriyadi.
Dalam wawancara terpisah, Prof. Dr. Alfitri menyatakan bahwa pendekatan berbasis data yang diusulkan Apriyadi berpotensi membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan program sosial di tingkat daerah, khususnya dalam konteks pengentasan kemiskinan yang selama ini menjadi isu besar di banyak daerah di Indonesia.
Melalui lulusnya ujian disertasi ini, Apriyadi tidak hanya menambah keilmuannya, tetapi juga memberikan kontribusi penting dalam upaya mengurangi kemiskinan di daerahnya. Harapannya, model yang ditawarkan ini bisa diadopsi lebih luas, tidak hanya di Kabupaten Muba, tetapi juga di daerah-daerah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Mengapa Tata Kelola Data Itu Penting? Pengelolaan data yang baik menjadi hal yang sangat vital dalam menciptakan kebijakan yang tepat guna. Dengan data yang akurat, program-program yang diluncurkan oleh pemerintah dapat lebih tepat sasaran, mengurangi pemborosan anggaran, dan memastikan bahwa bantuan sosial sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Salah satu contoh sukses penerapan tata kelola data ini dapat dilihat dari beberapa negara maju yang sudah mengintegrasikan sistem data dalam setiap tahap kebijakan publik mereka.
Kunci sukses dalam penanggulangan kemiskinan, menurut Apriyadi, adalah kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam memastikan data yang digunakan bersifat komprehensif dan terkini. Dengan demikian, diharapkan kebijakan yang lahir dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat miskin, serta meningkatkan kualitas hidup mereka secara berkelanjutan.
Apriyadi berharap, dengan pendekatan yang berbasis data ini, kita bisa melangkah lebih jauh dalam mengatasi kemiskinan yang masih menjadi tantangan besar bagi banyak daerah di Indonesia. (*)